Wikipedia

Hasil penelusuran

Keuntungan Menerapkan Sistem Bioflok pada Budidaya Perikanan

Ditjen Perikanan Budidaya mendorong para peternak untuk menerapkan sistem bioflok. Sebab selain lebih menguntungkan dari sisi ekonomi, sistem bioflok secara biosecurity juga lebih baik. Bioflok pun dapat menekan kuantitas penggunaan pakan.

Sistem bioflok yakni merupakan teknologi budidaya tambak dengan cara menghilangkan limbah metabolik dari sistem produksi air dan mengganti sistem biofiltrasi klasik yang hanya mengandalkan sistem sirkulasi biasa.

Pada sistem bioflok dipelihara bakteri yang dapat mengkonversi amonia menjadi nitrat. Teknologi bioflok pun dapat mengontrol jumlah oksigen terlarut. Menerapkan sistem bioflok, peternak menumbuhkan  bakteri probiotik secara maksimal dengan cara memasang penyuplai oksigen yang juga berfungsi untuk mengaduk air kolam.

 Penerapan sistem bioflok pada budidaya/tambak ikan lele.

Bakteri ini membentuk agregat atau koloni (bioflok) tersuspensi dalam air. Dengan cara ini, peternak petambak tak perlu lagi menggunakan biofilter sehingga bisa lebih hemat biaya dan menghemat luas ruangan. Dengan kata lain, menerapkan sistem bioflok peternak menumbuhkan mikroorganisme yang dapat mengolah limbah yang dihasilkan dari budidaya ikan lele menjadi gumpalan - gumpalan (flock) kecil. Nah, selanjutnya gumpalan-gumpalan itu dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk lele.

Dikutip dari the fish site, secara umum ada dua tipe sistem bioflok dalam budidaya perikanan. Yakni yang menggunakan pencahayaan alami dan yang tidak. Bioflok yang menggunakan pencahayaan alami (outdoor) biasanya diterapkan pada pemeliharaan udang dan tilapia (mujahir) dalam kultur rumah kaca. Pencampuran beberapa alga yang dikombinasikan dengan bakteri dapat mengontrol kualitas air hijau (green water) pada sistem bioflok. 

Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, budidaya perikanan di Indonesia yang sudah menerapkan sistem bioflok adalah peternak lele yang tersebar dikawasan Kabupaten Krawang, Malang, Brebes, Pemalang, Kediri, Magelang dan Malang.

“Bila sistem bioflok diterapkan secara benar dan memenuhi standar, sangat memungkinkan bagi peternak untuk mendapatkan keuntungan Rp 3 juta per bulan,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebijakto, seperti dikutip dari www.djb.kkp.go.id. Ia pun membandingkan pakan yang dihabiskan pada kolam konvensional, bisa menghabiskan 1,8 kg untuk menghasilkan daging lele seberat 1 kg. Sementara dengan sistem bioflok hanya dengan 1 kg.

Kebanyakan sistem bioflok pada tambak komersial menggunakan green water system. Meski demikian, teknologi bioflok dapat diinstalasikan pada gedung tertutup tanpa eksposure cahaya alami. Sistem ini disebut juga dengan sistem bioflok dengan air cokelat (brown water system). Juga berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan bakteri dan kualitas air. (*)

Proses Pencampuran
Proses pencampuran bakteri, alga di dalam air turbulent merupakan persyaratan penting pada sistem bioflok. Padatan harus tersuspensi ke dalam air kolam setiap saat. Tanpa pencampuran, bioflok hanya sekadar tumpukan suspensi yang terus menerus mengonsumsi oksigen. Bioflok yang tak tercampur dengan baik akan membentuk zona anaerobik yang dapat menyebabkan pelepasan hidrogen sulfida, metana dan amonia yang sangat beracun bagi udang ataupun ikan. Padatan dapat dihilangkan dengan cara melakukan pembilasan periodik atau memompa lumpur.

Perlu diperhatikan juga, saat proses turbulensi untuk mencampurkan bakteri, alga di dalam air, tidak boleh terlalu kencang karena justru dapat menyulitkan bagi ikan atau udang untuk mencari makan. Oleh karena itu membuat turbulensi di tangki kecil justru lebih mudah dibandingkan di kolam ynag luas.

Dibandingkan dengan sistem perairan biasa yang ada di kolam konvensional, teknologi biofolk dapat meningkatkan kadar respirasi, dengan kadar respirasi air berada pada posisi 2-2,4 mgO2/L per jam.Kondisi ini tidak termasuk menghitung respirasi yang dilakukan oleh hewan tambak, yang biasanya akdar respirasinya adalah 5-8 mgO2/L per jam. Adapun respirasi air pada bioflok tertutup (Brown water system) adalah 6 mg02/L. Kondisi ini amat esensial untuk menyediakan aerasi yang cukup dan kebutuhan oksigen yang aman.

Pada praktiknya, aerasi digunakan untuk suplai oksigen dan sistem pencampuran. Meskipun kincir air tambak secara efektif dan efisien telah memenuhi kebutuhan oksigen, tetap saja belum ideal untuk proses pencampuran. Oleh karena itu diperlukan beberapa konfigurasi dari sistem pengairan. Tetapi tetap tergantung pada sistem bioflok seperti apa yang akan Anda wujudkan. Kebutuhan daya untuk pencampuran dan aerasi pada sistem bioflok juga jauh lebih tinggi dibanding kolam konvensional. Tambak udang bioflok membutuhkan aerasi dengan daya 25-35 HP/ha, pada budidaya ikan mujahir, biasanya membutuhkan aerasi sebesar 100-150 HP/ha.

Jadi, bisa disimpulkan sistem bioflok bukan pilihan praktis bila diterapkan di daerah yang pasokan listriknya tak dapat diandalkan atau sangat mahal.


Budidaya Lele dengan Sistem Bioflok

Budidaya Lele dengan Sistem Bioflok Tingkatkan Hasil Panen Hingga 20X Lipat

Cara Budidaya Lele Bioflok – Budidaya ikan lele merupakan salah satu budidaya dibidang perikanan yang terus berkembang. Ini dikarenakan teknologi budidaya lele yang realtif mudah di kuasai masyarakat.
Selain itu pemasaran dan modal yang dikeluarkan juga realtif rendah serta bisa dibudidayakan di lahan sempit dengan padat tebar tinggi.
Beberapa tahun kebelakang sistem yang dipakai dalam budidaya lele adalah sistem autotrof. Namun cara itu mempunyai kelemahan yaitu keterbatasan dalam memanfaatkan limbah budidaya.
Untuk mengatasi ini, hadirlah sistem yang lebih efisien yaitu sistem heterotof. Salah satu penerapan dalam sisitem ini adalah dengan menggunkan teknologi bioflok.

Pengertian Teknologi Bioflok

Bioflok bisa diartikan sebagai gumpalan ( flok ) dari berbagai campuran heterogen mikroba ( plankton, protozoa, fungi ), partikel, polimen organik, koloid dan kaiton yang saling berinteraksi dengan sangat baik di dalam air.

Prinsip Dasar Sistem Bioflok

Prinsip dasar dari sistem bioflok ini adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang di dalamnya berisi senyawa karbon ( C), Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N) menjadi massa slugde berbentuk bioflok dengan cara memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan/flok yang mengubah biopolymer sebagai bioflok.
Dalam penerapnnya dalam budidaya perairan dalam hal ini budidaya lele, teknologi bioflok memanfaatkan nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik yang tidak beracun.

Cara Budidaya Lele Bioflok dengan Kolam Terpal Bulat

Setelah kamu mengetahui apa itu sistem bioflok, kini saatnya menambah pengetahuan kamu tentang cara budidaya lele menggunakan sistem bioflok.

1. Pembuatan Kolam

budidaya lele bioflok
Yang harus pertama dibuat tentu saja kolam untuk menampung ikan lele. Karena kolam sebagai rumahnya ikan, maka diperlukan syarat-syarat khusus agar tingkat keberhasilan dalam budidaya ikan lele bisa maksimal.
Secara umum ada 4 jenis kolam yang biasa digunakan oleh sebagian besar pembudidaya, yaitu
  • kolam dari beton
  • kolam dari tanah
  • kolam kotak dari terpal
  • kolam bulat dari terpal
Dari keempat itu yang banyak dipakai adalah bahan dari terpal karena lebih efisien ( gampang bongkar pasang ) dan hemat biaya.
Untuk pembahasan kali ini, saya akan membahas kolam lele dengan terpal khususnya kolam terpal bulat.
Alat dan bahan dalam membuat kolam terpal bulat
  1. Terpal ukuran
  2. Terpal talang ukuran PxL = 11m x 1m
  3. Besi Wire-mesh berdiameter minimal 7mm, panjang 5,4 m dan lebar 2,1 m
  4. Bengkokan paralon 2 buah
  5. Paralon
  6. Kabel ties/ripet
  7. Terpal atap
  8. Las listrik
Cara pembuatan kolam terpal bulat
Setelah semuanya telah disiapkan, kini saatnya kita buat kolam terpal bulatnya.
  1. Potong besi wire-mesh menjadi dua bagian sehingga terbentuk dua ukuran 5.4m x 1.05m sebanyak dua buah.
  2. Kemudian gabungkan 2 besi wire-mesh tadi menggunakan las, maka terbentuk ukuran 10.8m x 1.05m.
  3. Satukan kedua ujung besi wire-wesh sehingga berbentuk bulat. Sampai disini rangka kolam sudah jadi.
  4. Buatlah lahan atau tempat untuk menaruh kerangka kolam tadi. Buat dengan ukuran yang sama dengan kerangka dan bagian tengah lahan dibikin mengerucut. Lalu buat saluran pembuangan pada bagian tengah tadi.
  5. Letakan pipa PVC di lubang saluran yang telah dibuat.
  6. Letakan kerangka kolam pada lingkaran tanah/lahan berbentuk kerucut tadi.
  7. Pasang karpet talang di setiap sisi dalam kerangka besi dan diikat dengan kabel ties.
  8. Kemudian pasanglah terpal dengan rapi hingga membentuk sebuah kolam bundar.
  9. Pada bagian tengahnya di beri lubang untuk menempatkan pipa PVC untuk saluran pembuangan.
  10. Dan kolam sudah bisa digunakan. 

    Persiapan air


    Setelah semuanya tercampur, diamkan media pembesaran lele selama 7 hingga 10 hari. Baru di hari ke 11 lakukan penebaran benih ikan lele.Kolam ikan lele sudah kita buat, kini saatnya mempersiapkan air untuk pembesaran lele. Masukan air dengan ketinggian kira-kira 80-100 cm. Di hari ke dua, masukan probiotik 5ml/m3. Hari ketiga masukan prebiotik : molase 250 ml/m3, pada malam harinya taburkan dolomite 150/200g/m3

3. Penebaran Benih Ikan Lele

peneberan benih ikan lele bioflok
Sebelum melakukan penebaran benih, perlu diperhatikan terlebih dahulu kualitas benih lele. Benih harus dari induk unggulan, harus sehat denagn ciri-ciri gerakan aktif, organ tubuh lengkap, bentuk proposional dan ukuran serta warna sama.
Setelah penebaran benih selesai, tambahkan prebiotik 5 ml/m3 keesokan harinya.

4. Perawatan Susulan Probiotik

Sebelum benih ikal lele berukuran 12 cm, setiap 10 hari sekali masukan probiotik sebanayak 5 ml/m3, ragi tempe satu sendok makan per m3, ragi tape 2 butir/m3. Pada malam harinya tambahkan dolomite sebanyak 200-300 gram/m3 (diambil airnya saja ).
Setelah ukurannya melebihi 12 cm, per 10 sehari sekali masukan probiotik 5 ml/m3, ragi tempe ditambah menjadi 3 sendok makan/m3, ragi tempe jeuga ditambah 6-8 butir/m3 dan di malam harinya taburkan dolomite 200-300 gram/m3.
Untuk ragi tempe dan ragi tape dilarutkan kedalam air.

5. Pengelolaan Pakan

pemberian pakan ikan lele bioflok

Selama masa pembesaran ikan lele, pemberian pakan adalah hal yang wajib dilakukan. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah, pilih pakan yang berkualitas, ukuran pakan disesuaikan dengan mulut ikan lele.
Pemberian pakan diberikan pada pagi – sore hari dengan dosis 80% dari daya kenyang. Setiap seminggu sekali jangan diberi pakan atau dipuasakan. Pakan di campur probiotik dan kurangi dosis pakan jika sudah terbentuk flok.
Probiotik adalah mikro organisme yang tumbuh dan hidup di dalam usus atau lebih sering di sebut sebagai bakteri baik.
Bakteri probiotik memiliki peran sebagai pembantu proses metabolisme sistem pencernaan dan memperkuat imun tubuh.
Sedangkan prebiotik merupakan makanan untuk bakteri probiotik. Fungsi utamanya yaitu memberi nutrisi untuk bakteri probiotik dalam berkembang biak.


Keunggulan Budidaya Lele dengan Sistem Bioflok

1. Lebih Hemat Air
Berbeda dengan sistem konvensional, yang harus mengganti air untuk menghindari keracunan. Dalam sistem bioflok justru bisa mengubah bakteri di dalam air menjadi nutrisi yang baik untuk ikan lele.
Sehingga sangat kecil kemungkinan untuk mengganti air.

2. Lebih Hemat Pakan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sitem bioflok akan mengubah bakteri-bakteri menjadi gumpalan yang bisa difungsikan sebagai bahan pakan ikan lele.

3. Padat Tebar Tinggi
Sebagai perbandingan, jika di dalam kolam biasa satu meter kubik hanya bisa diisi 60 ekor lele, maka di dalam kolam bioflok bisa diisi 600 ekor lele.

4. Bisa Dibudidayakan di Lahan Sempit
Pada sistem bioflok, tempat atau lahan bukan menjadi masalah. Cocok sekali untuk kamu yang ingin belajar budidaya lele namun tidak mempunyai lahan luas.

Peluang Bisnis Budidaya Lele Bioflok

Kebutuhan akan konsumsi ikan lele tiap tahun terus meningkat. Untuk daerah Jabodetabek, per hari dibutuhkan kurang lebih 120 ton ikan lele. Selain itu, tingkat ekspor juga terus mengalami peningkatan.
Beberapa negara tujuan ekspor di antaranya, Italia, Perancis, Jepang dan Korea.
Permintaan yang begitu banyak belum bisa diimbagi dengan jumlah produksi. Tentu ini adalah sebuah peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
Maka dari itu, dengan berbagai keunggulan sistem bioflok, diharapkan para petani bisa meningkatkan omzet hingga 8x lipat bila dibandingkan dengan cara konvensional.
Perhitungan keuntungan sederhana dalam budidaya ikan  lele bioflok
Namun pada kenyataannya masih banyak cerita-cerita kegagalan dan akhirnya gulung tikar. Mengapa itu bisa terjadi? sesuai dengan tabel di atas berarti jumlah panen mereka tidak mencapai 4.500 ekor.
Betul? Sehingga biaya produksi lebih tinggi dari hasil panen.
Kebanyakan penyebab utamanya adalah banyak ikan mati yang diakibatkan dimakan oleh lele lain/kanibal. Penyebab utama dari kanibalisme dalam budidaya lele adalah pemberian pakan yang salah.
Pakan yang jumlahnya sedikit ditambah dengan daging segar, keong atau ayam tiren bisa menyebabkan lele bersifat kanibal.
Lele yang mempunyai antena sebagai sensor pendeteksi keberadaan makanan akan terbiasa dengan bau daging. Jika ini terus dibiarkan, maka kalau ada lele yang luka lele lain akan menyerang dan memangsa.
Inilah yang menyebabkan jumlah lele saat panen tidak sesuai dengan yang diprediksi. Jadi kesalahan bukan pada sistemnya, tapi lebih pada pembudidaya itu sendiri.
Mereka tidak tahu dan kurang informasi akan cara budidaya lele bioflok yang benar. Maka dari itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan penyuluhan kepada para petani agar hasil yang di dapat bisa maksimal.
Jika sistem bioflok bisa diterapkan dengan benar, bukan tidak mungkin hasil yang didapatkan bisa mencapai 10x lipat. Dengan asumsi harga lele 17-18 ribu per kilo, bisa dibayangkan keutungan yang didapat oleh para pembudidaya.
Cara budidaya lele bioflok ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Lahan yang diperlukan juga tidak terlalu besar. Namun untuk kamu yang ingin serius menjadi peternak ikan lele, saya menyarankan untuk mempelajari sistemnya terlebih dahulu agar kerugian bisa diminimalisir. 

RUANGAN PENGEMBANGAN PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN UPT. PMP2KP BANYUWANGI



RUANG RAPAT UPT. PMP2KP BANYUWANGI






RUANGAN LABORATORIUM DI UPT. PMP2KP BANYUWANGI













RUANG TUNGGU PELAYANAN UJI SAMPEL





Pelarangan Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Alat Penangkapan Ikan Jaring Trawl




Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan   diwilayah Jawa Timur mengalami beberapa isu di beberapa daerah seperti produksi sumberdaya ikan yang semakin menurun, over fishing di beberapa wilayah penangkapan ikan, kerusakan lingkungan perairan  (terumbu karang, mangrove) yang merupakan habitat dari ikan, konflik dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, pelanggaran jalur penangkapan ikan, penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang dilarang (jaring Trawl), kegiatan destructive fishing (bom ikan/handak, penggunaan bahan kimia/potasium).
Alat penangkapan ikan jaring Trawl merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang dilarang penggunaannya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, hal ini disebabkan karena alat tangkap tersebut ditengarai dapat menyebabkan kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya.

Ikan hasil tangkapan jaring Trawl dimana ikan bukan target turut ikut tertangkap dengan kondisi yang sudah mengalami kerusakan sehingga sangat membahayakan kelangsungan sumberdaya ikan.



Ikan hasil tangkapan jaring Trawl dimana ikan bukan target turut ikut tertangkap dengan kondisi yang sudah mengalami kerusakan sehingga sangat membahayakan kelangsungan sumberdaya ikan

Kerusakan karang akibat penangkapan ikan menggunakan jaring Trawl
Kerusakan karang akibat penangkapan ikan menggunakan jaring Trawl
Dasar hukum pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan jaring Trawl yaitu
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan;
  2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 71/PERMEN-KP/2016 Tentang Jalur Penangkapan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
Alat penangkapan ikan jaring  Trawl dibedakan atas beberapa macam antara lain :
Pukat Hela Dasar (Bottom trawls)
1. Pukat hela dasar berpapan (Beam trawls);
2. Pukat hela dasar berpapan (Otter trawls);
3. Pukat hela dasar dua kapal (Pair trawls;
4. Nephrops trawl (Nephrops trawls);
5. Pukat hela dasar udang (Shrimp trawls)

Pukat Hela Pertengahan (Miwwater trawls)
1. Pukat hela pertengahan berpapan (Otter trawls);
2. Pukat hela pertengahan dua kapal (Pair trawls);
3. Pukat hela pertengahan udang (Shrimp trawls)

Pukat hela kembar berpapan (Otter twin trawls)

Seiring dengan pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan jaring Trawl maka sanksi yang diberikan kepada pengguna alat tangkap jaring Trawl adalah sebagai berikut Pasal 85 jo Pasal 9 yaitu Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tangkap tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 , dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak  Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah). (bidangkpp)

Pelatihan Kemampuan Selam Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur






Pelatihan Selam
  • Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur pada kesempatan ini mengadakan Pelatihan Selam di Pantai Pasir Putih Probolinggo yang diikuti oleh 16 peserta yang berasal dari perwakilan UPT/Instalasi beserta perwakilan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan selam bagi karyawan/karyawati Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.
    Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dalam hal ini diwakili oleh Kepala Seksi Konservasi, Pendayagunaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil (KP4K) Lilia Widajatiningrum, S. Pi., MP. mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. “Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur harus memiliki kemampuan selam, dalam menunjang tugas pokok maupun tugas tambahan yang melekat pada masing – masing staf ” ungkapnya.
Teori Pelatihan Selam
  • Kegiatan menyelam merupakan kegiatan bawah air yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan menggunakan atau tanpa peralatan dengan tujuan tertentu. Kegiatan ini telah lama dilakukan yaitu sejak 5000 tahun yang lalu. Penyelaman ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu berdasarkan kedalaman dan jenis alat yang digunakan. Berdasarkan kedalaman terdapat 3 macam penyelaman yaitu penyelaman dangkal (kedalaman dibawah 10 Meter), penyelaman sedang (kedalaman antara 10 – 30 meter) dan penyelaman dalam (kedalaman di atas 30 meter). Berdasarkan peralatan ada 2 yaitu Skin Diving dan Scuba Diving.
Praktek Menyiapkan Peralatan Selam
  • Pada kegiatan ini besar harapan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur untuk bisa berkelanjutan sehingga dapat bermanfaat dalam menunjang tugas yang telah ada baik pada saat pengawasan maupun konservasi. (Bidang KPP)